Biografi Abu Bakar As Siddiq Lengkap |
Biografi Abu Bakar As Siddiq Lengkap
Biografi Abu Bakar As Siddiq Lengkap – Bismillah, kembali lagi di kanal informasi SEO Kilat. Pada pembahasan yang lalu Kita sudah sama-sama pelajari tentang sifat Umar bin Khattab yang patut Kita teladani. Nah! berikutnya yang akan kita sama-sama bahas adalah tentang biografi Biografi Abu Bakar As Siddiq yang juga merupakan sahabat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan pembahasan ini, Kita harap banyak faedah yang bisa diambil dan menjadi salah satu yang patut kita teladani.
Nama Lengkap Abu Bakar As Siddiq
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru binKa`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihrbin Malik al- Qurasy al-Taimy. Jika diperhatikan garis keturunan Abu Bakar al-Shiddiq maka bertemu dengan garis keturunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Murrah binKa`ab dan terus hingga ke atas. Sebelum masuk Islam, Abu Bakar al-Shiddiq bernama Abdul Ka`bah. Ketikaia masuk Islam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengganti namanya dengan Abdullah. Kemudian nama ini lebih dikenal dalam berbagai periwayatan oleh ulama AhluSunnah sebagai nama Abu bakar al-Shiddiq.
Panggilan dan Gelar Abu Bakar As Siddiq
Melekatnya panggilan Abu Bakar al-Shiddiq serta beberapa gelar yang lain memiliki sebab tertentu. Bahkan kemudian, gelar-gelar ini lebih populer dari nama aslinya. Sehingga nama Abu Bakar al-Shiddiq banyak ditemukan dalam berbagai periwayatan.
Panggilan Abu Bakar oleh bangsa Arab berasal dari kata al-bakru yang berarti unta yang masih muda. Sedangkan bentuk plural dari kata ini adalah bikarah. Jika seseorang dipangil dengan bakran, maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut merupakan sosok pemimpin kabilah yang sangat terpandang kedudukannya dan juga sangat terhormat. Dari sini dapat dipahami bahwa digelarinya ia dengan Abu Bakar karena kedudukannya yang terhormat di tengah bangsa Quraisy, baik terhormat dari segi nasab ataupun garis keturunan begitu juga dari segi strata sosial karena ia merupakan seorang saudagar yang kaya raya.
Kemudian, Abu Bakar digelari dengan beberapa gelar, yaitu Atiq dan al- Shiddiq. Gelar Atiq yang disandang oleh Abu bakar al-Shiddiq memiliki beberapa pendapat dikalangan ulama. Sebagian mereka mengatakan bahwa disandang-kannya gelar tersebut karena wajahnya yang atiq (cerah dan bersih). Ada pendapat yang mengatakan bahwa ia digelari dengan Atiq karena garis keturunannya yang bersih dan tidak ada cacatnya.
Adapun digelari dengan al-Shiddiq adalah karena dua hal. Pertama, sebelum masuk Islam, Abu Bakar telah dikenal dengan sifatnya yang jujur dan dapat dipercaya. Bahkan orang-orang Quraisy tidak meragukan lagi tentang apa yang disampaikan oleh Abu Bakar. Oleh sebab itu ia digelari dengan al-Shiddiq. Kedua, ia digelari dengan al- Shiddiq karena sikapnya yang dengan segera membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi`raj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Perjalanan yang dilakkukan dalam satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan naik ke Shidratu al-Muntaha serta kembali lagi ke bumi dalam rangka menjemput perintah shalat dianggap sebagai bualan belaka oleh orang-orang Quraisy ketika itu. Sebab hal yang demikian dianggap sebuah perjalanan yang mustahil.
Namun dengan tegas Abu Bakar berkata, Sungguh aku membenarkan sesuatu yang lebih dari itu (peristiwa Isra’ dan Mi`raj) dan dari segala khabar yang datang dari langit.
Kelahiran Abu Bakar As Siddiq
Abu Bakar al-Shiddiq dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M atau lebih kurang 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan setelah tahun Gajah. Dari sini dapat dipahami bahwa Abu Bakar al-Shiddiq lebih muda dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau lahir pada tahun gajah atau tepatnya pada tahun 571 M. Ibu Abu Bakar al-Shiddiq bernama Salma binti Sakhar bin Amir bin Ka`abbin Sa`ad bin Tayim bin Murrah. Ia digelari dengan Ummu al-Khair. Sedangkan bapaknya adalah Utsman bin Amir yang masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan kota Mekah).
Wafatnya Abu Bakar As Siddiq
Abu Bakar al-Shiddiq wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 (tiga belas) Hijriyah. Sebelum ia meninggal, Abu Bakar al-Shiddiq menderita sakit lebih kurang 15 (lima belas) hari. Pada rentang waktu tersebut ia hanya terbaring di tempat tidur dan tidak bisa melakukan shalat berjamaah bersama sahabat lainnya. Agar shalat jamaah di masjid bisa terus berlanjut, Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab. Abu Bakar meninggal pada usianya yang ke-63 (enam puluh tiga) tahun. Abu Bakar al-Shiddiq memerintah lebih kurang 2 (dua) tahun. Berbagai keberhasilan telah ia torehkan dengan tinta emas sejarah. Dan hal ini tidak akan bisa dilupakan oleh umat Islam hingga ke akhir zaman.
Sifat-Sifat Keteladanan Abu Bakar As Siddiq
Nama Abu Bakar Al-Shiddiq radhiallahu ‘anhu adalah tidak asing lagi bagi sekalian ummat Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah ummat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah dan pengorbanan Abu Bakar.”
Beberapa keistimewaan beliau adalah karena Abu Bakar al-Shiddiq r.a. adalah seorang sahabat yang terkenal karena keteguhan imannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyanjungi sahabatnya itu dengan sabdanya, “Jika ditimbang iman Abu Bakar Ash- Shiddiq dengan iman sekalian ummat maka lebih berat iman Abu Bakar“. Mengapa demikian, di antara jawabannya adalah karena beliau tidak mencintai dunia ini, cintanya pada Allah dan rasulnya melebihi apapun. Dan yang kedua adalah karena rasa takutnya pada yaumul Hisab attau pengadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Suatu ketika beliau berkata: “alangkah beruntung jikalau diriku tercipta hanya seperti selembar daun yang tidak dihisab pada hari Qiyamat nanti.” Dua keadaan inilah yang menyebabkan Nabi bersabda bahwa imannya adalah paling berat di banding iman umat Islam semuanya.
Berikut adalah deskripsi tentang Abu Bakar r.a. Setelah ia masuk Islam dia telah menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan shadaqah dan memerdekakan budak. Dalam Perang Tabuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah meminta kepada sekalian kaum Muslimin agar mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar radhiallahu ‘anhu membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Saiyidina Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, bagi tujuan jihad itu maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi terkejut lalu berkata kepadanya: “Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu?” Pertanyaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dijawab oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan tenang sambil tersenyum, ujarnya. “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.” (lih. tafsir surah Al-Lail).
Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Umar Ibnul Khattab berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk bersadaqah, saat itu aku memiliki harta maka aku berkata, “Pada hari inilah aku akan mengungguli Abu Bakar, semoga aku mengunggulinya pada hari ini”. Maka akupun mengambil setengah hartaku, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku menjawab: Sejumlah yang aku sadaqahkan (50 %)”. Lalu Abu Bakar datang dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu? Dia menjawab: Aku meninggalkan Allah dan Rasul- Nya. Lalu Umar berkata: Demi Allah aku tidak bisa mengungguli Abu Bakar dalam kebaikan untuk selamanya”. [Sunan At-Tirmdzi no: 3675).
Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari hadis Anas bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Dua orang ini adalah pemimpin para penghuni surga yang dewasa baik generasi yang terdahulu atau yang akan datang kecuali para Nabi dan Rasul”.[Sunan Turmudzi: no: 3664]. Imam Bukhari rahimahullah membuat bab di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7 hal. 15] dengan judul ‘Bab; Sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tutuplah pintu-pintu -di dinding masjid- kecuali pintu Abu Bakar. Imam Bukhari berkata, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada para sahabat: “Sesungguhnya Allah memberikan tawaran kepada seorang hamba; antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu lebih memilih apa yang ada di sisi Allah.”
Abu Sa’id berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran karena tangisannya. Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan ada seorang hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang diberikan tawaran itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang, Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu di antara kami.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil – kekasih terdekat- selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah -antara aku dengan Abu Bakar- ikatan persaudaraan dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.” Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab Fadha’il ash-Shahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8).
Berikut ini pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dari hadis di atas:
1. Hadis ini mengandung keistimewaan yang sangat jelas pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu yang tidak ditandingi oleh siapapun di antara para sahabat. Hal itu disebabkan beliau berhak mendapat predikat Khalil -kekasih terdekat- bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kalaulah bukan karena faktor penghalang yang disebutkan oleh Nabi di atas.
2. Abu Bakar radhiyallahu’anhu mengetahui bahwa seorang hamba yang diberikan tawaran tersebut adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu beliau pun menangis karena sedih akan berpisah dengannya, terputusnya wahyu, dan akibat lain yang akan muncul setelahnya.
3. Para ulama itu memiliki pemahaman yang bertingkat-tingkat. Setiap orang yang lebih tinggi pemahamannya maka ia layak untuk disebut sebagai a’lam (orang yang lebih tahu).
4. Hadis ini mengandung motivasi untuk lebih memilih pahala akhirat daripada perkara- perkara dunia (lihat Fath al-Bari [7/19])
5. Hendaknya seorang berterima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepadanya dan menyebutkan keutamaannya (lihat Fath al-Bari [7/19]).
Kita juga bisa melihat bersama bagaimana kedalaman ilmu Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu terhadap hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga ilmu itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya dan membuat air matanya meleleh. Kecintaan kepada akhirat dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah jauh lebih beliau utamakan daripada kesenangan dunia. Beliau sangat menyadari bahwa kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah para sahabat laksana lentera yang menerangi perjalanan hidup mereka. Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada mereka melalui bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah di atas segala-galanya.
Kita pun bisa menarik kesimpulan bahwa dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan dengan bantuan dan dukungan para sahabatnya. Beliau -dengan kedudukan beliau yang sangat agung- tidaklah berdakwah sendirian. Terbukti pengakuan beliau terhadap jasa-jasa Abu Bakar yang sangat besar kepadanya. Tentu saja yang beliau maksud bukan semata-mata bantuan Abu Bakar untuk kepentingan pribadi beliau, akan tetapi demi kemaslahatan umat yang itu tak lain adalah dalam rangka dakwah dan berjihad di jalan Allah.
Hadis ini juga menunjukkan betapa agungnya kedudukan Abu Bakar di mata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melebihi sahabat-sahabat yang lain. Nabi tanpa malu-malu mengakui keutamaan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Hadis ini juga menunjukkan bahwa memuji orang di hadapannya diperbolehkan selama orang tersebut tidak dikhawatirkan ujub karenanya. Hadis ini juga menunjukkan bahwa kecintaan yang terpendam di dalam hati pasti akan membuahkan pengaruh pada gerak-gerik fisik manusia. Kecintaan yang sangat dalam pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Abu Bakar pun tampak dari ucapan dan perbuatan beliau. Kalau kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka konsekuensinya kita pun mencintai orang yang beliau cintai. Kecintaan yang berlandaskan Islam dan persaudaraan seagama.
Demikian konten Kita kali ini mengenai Biografi Abu Bakar As Siddiq Lengkap – Radhiyallahu ‘Anhu yang kita sadur langsung dari buu AKidah dan Akhlak MTS Kelas 8 Direktorat Jenderal Pendidikan Kementerian Agama Repbulik Indonesia. Semoga dengan penyampaian ini Kita dapat mengambil banyak ibrah dan hikmah untuk sebagai bekal dalam kehidupan Kita. Jangan lupa, bagikan link artikel ini ke teman kalian, agar semakin banyak yang mendapatkan manfaatnya.
Lainnya: Sifat Umar bin Khattab Yang Patut Diteladani
Sumber: Buku Akidah dan Akhlak MTS Kelas 8 Direkorat Jenderal Pendiikan